Rajab


Rajab sudah datang
Bulan berkah menuju bulan sya’ban dan ramadan
bulan rahmat yang menjembatani kota keindahan
bulan yang ditunggu para muslimin yang mu’minin dijalan ilahi robbi

Rajab Datang
Sudah siapkah kita dalam menyambutnya?
apakah kita masih sibuk dengan urusan tak berguna
sudahkah kita berhenti menggunjing para sesama
sudahkah kita mengunci mata, hati, akal fikiran kita?
apa kita masih sama dengan amalan itu semua

Rajab datang
Tak semua orang faham bahwa ia datang
waktunya kita untuk berikhtiyar lebih baik
saatnya kita melepas belenggu kehinaan yang terus menemani
Buang jauh keganjalan buat hatimu tentram dan damai
tuhan rindu rintihanmu
tuhan sangat rindu kau berikan keluh kesah yang selalu membelenggu

Rajab datang
sudah lama aku tak pusatkan hati ini untukmu
untuk sang cinta dan pemilik rasa rindu
kau pencipta, aku makhluq kecil tak berdaya
Makhluq yang sangat rindu dengan cintanya
Bumi saja rindu dengan bulan
rindu yang tak berhenti hanya sehari
rindunya bahkan muncul tiap hari
lupakah aku dengan kekasih?

Rajab datang
Bulan yang didoakan para ulama dan anbiya
berbondong bondong menyongsong bulan agung
rahmat turun hingga syetan terkurung
hingga pada akhirnya kau kan temukan jalan kasih indah tiada tandingan

allahumma bariklana fi rajab wa sya’ban, wa balighna ramadhan

Fatwa Rindu

Dia yang bernama cinta dan akulah sang rindu
sekali saja berjumpa dengan dia musnahlah aku
mengapa yang kuingat dari perjumpaan hanyalah perpisahan
rindu ku rindunya rindu dada pada punggung
rindu ku rindunya rindu tiada tertanggung
terpujilah dia yang kurindu diantara galau dan cemburu
kemana gemuruh badai ini kan bersarang
jika bukan pada nafsanya yang tenang
kemana deras darah ini kan berlabuh
jika bukan pada cintanya yang teduh

(Fatwa Rindu, Gus Candra Malik)

Penantian


Kau adalah anugrah ilahi
yang diturunkan ke dunia untuk memperindah isi bumi
kau balut senyummu dengan ketakwaan
sehingga orangpun segan walau hanya untuk bertatapan
orang malu untuk mengungkapkan perasaannya
padahal dalam hati ada gejolak cinta yang telah lama terpendam
dan pendaman itu pun semakin lama semakin memberontak
andai saja kau dengar jeritan itu, tangis pilu tak mungkin dapat kau bendung

Paras kalem yang tak semua orang punya
kau miliki indah sukma itu
Keindahan yang kau balut dengan ketaatan
semakin membuat sang jantung berdetak lebih cepat dan tak terhitungkan
semua itu adalah mahkota tak terharga yang kau punya

Aku pun tak mau terburu
perjuangan penggapaian ridhomu terus aku lakukan
karena aku faham bahwa aku ini lemah tak berdaya
tak ada kekuatan dan tak ada perlawanan
bukannya aku tak berani berhadapan
hanya saja aku ingin menjaga hakikat kehormatan dalam selimut keimanan
aku tahu kau mendengar jeritan itu
tapi bersabarlah tuhanmu sedang merencanakan sesuatu paling indah untukmu dan untukku

Senja Syahdu

Terselip selalu sebuah nama dalam doa
Termaktub dalam fikiran yang selalu ingin ku ucap
seseorang yang tak tahu siapakah dia gerangan
dalam heningnya malam, nama itu selalu menemani dalam khusukku
terbang melambai dalam lantunan syahdu kelabu

ku ikhtiyarkan semua kepada sang khaliq
sang pencipta cinta dan maha rindu
karena aku sadar bahwa lamunan ini sangat lemah
tak ada kekuatan tersimpan didalam
hanya angan yang tergambar samar dalam sukma rindu

ingin sekali kubalut kasih ini dengan ridhonya
tidak terbelunggu dengan nafsu syahwat tiada guna
walau harus pahit menusuk hati pilu itu
tapi lebih baik daripada harus terbungkus dalam bingkaian keburukan

duhai pujaan
sabarlah kau dalam lamunan
jangan terkecoh dengan tipu muslihat tak berdasar 
tuhanmu maha rahman rahim
rahmatnya tak terbayang tak tergambarkan

Silahkan kau terbang bersama sang senja
tapi jangan terlalu tinggi
karna esok sore aku masih menunggumu

Gelapan Malam

Gelap, kadang tergambar pada sesuatu yang seram dan mistis. padahal bila terkena cahaya, ia berubah menjadi sesuatu yang indah bak permata.

gelap, ia tak selalu memberikan keburukan. justru ia akan memberikan ketenangan dan ketentraman ketika para pecinta dapat bersua dengan sang pencipta di malam berselaput doa.

gelap, ingat ketika kecil, kita sangat takut akan hadirannya, namun dewasa ini, kau pun tau bagaimana nikmat yang tersembunyi dibaliknya

ya rab. berikan nikmatmu padaku digelap ini, berikan lenteramu dengan rahmat dalam hati, sehingga aku mampu selalu bersamamu di sepanjang malam sunyi…

(Filosofi Rindu)

Suratan Kasih

Tiba tiba hujan turun
mendendangkan percikan keindahan
arjuna terlarut dalam pedihan
bingung apa yang akan ia lakukan

akhirnya ia ungkapkan perasaan dalam suratan
ditulislah dengan hati paling dalam
“hai kau yg ada dalam lamunan, percikan indahmu sudah basahi jiwaku, dalam sepi kutuliskan suratan alam, ku ungkapkan perasaan yang dalam, berharap burung burung mengamini dengan kicauan.
Kau yang bernama laila, ku ucap selalu asmamu dalam doa, terlanjur fana dengan paras sederhana, yang terlalu sayang bila tak tertata, aku sudah seperti orang gila yang tak ada empunya, berjalan tak tahu arah pulang, kerana jalan sudah berubah jadi usang.
aku dan kamu bagaikan langit dan bumi, jauh dan jauh sekali, kau di atas aku di bawah, kau bangsawan aku orang pedalaman, kau berparas aku tak waras, tapi hakikat itu tak ada sekat, bumi dan langit pun jadi sangat dekat, terhubung rintihan doa yang terikat, ku teteskan selalu dalam sujud yang erat, berharap kau akan dekat dan lebih mendekat, pada jiwa ini yang mlarat.”

arjuna berharap hati tersampaikan
hingga laila faham bahwa suratan itu adalah ungkapan
tapi mungkin itu hanya omong belakangan
karena arjuna belum siap suratan itu diberikan
(Filosofi Rindu)

Mencari Pujaan

Dari kota yang runyam
hingga bertemu sang pujaan
arjuna masih terus berjalan dan berjalan
bunga bermekaran
sungai bernyanyi dengan aliran
bayangan laila terus terbayang
tak hilang dan tak mau meninggalkan

Dalam jalannya ia terus melamun
berubah sudah fikiran
rancu rumit tak karuan
Tujuan yang berubah dengan cepatnya

Tak terasa seminggu sudah terlewat
arjuna dilanda balada rindu
Laila misterius yang jadi hantu
bagaimana, dimana, siapakah itu
ia menjelma jadi benalu 
terus menempel hingga membuatnya sahdu

Laila..
Bingung sudah jiwa 
mati kata tak ada rasa
Sibuk dia dalam mencari cara
kata hati yang mau ia tata
hingga sampai pada hati laila
(Filosofi Rindu)

Permata berjalan

Arjuna Hijrah
tak terbayang keajaiban datang
tergugah ia melihat keramaian
berumpun menumpuk bagai alang 
entah mungkin buih berserakan
sibuk dengan masing masing urusan

disaat dia jalan
lewatlah sesosok permata tanpa kalam
berjalan tak bergemih ditengah kerumunan
berparas pipih dalam gumam
jatuh hati setiap mata memandang

arjuna bertanya tanya
siapa dia gerangan, begitu elok bak sungai yg tak ada usai
permata yg tiba tiba membayangi dalam lamunnya
hatinya pun terisi dengan sepercik cahaya

langkah arjuna pun tak terasa
setelah bertemu dengan makhluq asing yang tiada pernah berjumpa
ia pun bertanya pada sang empu
“hei empu, siapakah itu permata yang berjalan dalam keramaian?”
si empu pun menjawab
“dialah Laila, sang putri dari sultan malikut sholeh. ada apa gerangan kau tanya anak muda?”

terjawab sudah teka teki hantu jiwanya
hanya dia belum puas dengan kata empunya
penasarannya semakin menjadi jadi 
raganya yg kurus tiada bertepi
hanya karna si laila yg ia temui

Arjuna dan Laila


Laila
Wanita jelita dari kalangan bangsawan
Keluarga terpandang yang buat orang segan
Berparas tipis tak banyak keanehan
Perangai kalem dibalut dengan ketaatan
Suaranya candu bagi orang yang mendengarkan
Dia cerdas tak banyak bicara
Menandakan kewibawaan seorang wanita
Suka berpakaian longgar penuh kesopanan
Tak banyak tingkah serta santun dalam percakapan
Duuh Laila
Kau bikin gila setiap orang yang kau jumpa
Tuhan berikan kau keindahan yang tiada orang lain punya
Kau berjalan bak putri malaikat yang menyayat mata
Auramu membuat hati pemuda reruntuhan 
Bahkan susah mereka memalingkannya
.
Sedangkan Arjuna
Pemuda desa yang hanya separuh jiwa
Dari keluarga biasa dan pula tak banyak harta
Berpakaian ala kadarnya tak banyak bergaya
Mencari kehidupan demi membiayai keluarga
Tak pandai dan tak cakap pula dalam berkata
Tapi Tekad menyuruhnya untuk terus berusaha
Hingga pada akhirnya kau pergi ke kota
Mencari kebahagiaan batin yang hingga kini belum berjumpa

Lamunan


Di malam yang rindang
Kembali arjuna berjalan kebarah bulan
Pencarian Lalila tak kunjung datang
Mencari terus mencari sampai sukma pun bermekaran
Laila bagaikan air yang tak tersentuh
Indah sekali tapi hanya bayangan
Tak mungkin arjuna bercakapan
Bayangan Semu tapi ia rasa ada berwujudan

Arjuna tak kenal lelah 
Ia Bersujud pada rab kabarkan keluh kesah
“Ya rabb, Kasihmu ini sedang berpilu,
tak kunjung laila datang menghampiriku,
Apa mungkin dia malu, atau dia tak sudi menemuiku?”
Arjunapun terlelap dalam dekapan sajadah rindang
Ia bermimpi bertemu seseorang
Dalam percakapan, ia mendengar  “Laila mendengar, Kamu jangan bersedih, rintihanmu membuat penghuni langit bersedu”

Arjuna Bangun kaget bukan kepalang
Ia usap wajah merenung dalam taman
Kicauan mimpi membuatnya tersadar
Bahwa Masyarkat langit ikut mengamini dalam balik layar